Wednesday, February 6, 2019

Cara membuat martabak manis teflon yang simpel, legit, dan bersarang

Image result for cara membuat martabak manisVariasi martabak manis pun kini tak hanya dari segi topping. Adonan martabak sendiri bisa dimodifikasi dengan berbagai warna dan rasa. Mulai dari green tea, black sweet, hingga red velvet yang menggoda.
Sebenarnya martabak manis termasuk kue yang cukup mudah dibuat. Kita pun bisa membuatnya sendiri di rumah. Tak ada loyang martabak, panci teflon pun jadi. Dan dengan resep yang tepat, martabak bikinan kita bisa bersarang/berambut, berwarna kuning cantik, dan selegit buatan kedai kaki lima.
Berikut ini resep dasar martabak manis original yang bisa kamu praktikkan di rumah. Di bagian bawah kami sertakan pula ide topping dan variasi yang bisa dibuat.
Bahan:
  • 125 gram tepung terigu protein sedang
  • 180 ml air matang
  • 4 sendok makan margarin
  • 3 sendok makan gula pasir
  • 2 sendok makan susu bubuk (opsional)
  • 1 butir telur ayam
  • 1/4 sendok teh ragi instan (fermipan)
  • 1/2 sendok teh baking powder
  • susu kental manis secukupnya
Cara membuat:
  1. Campurkan tepung terigu kering, 2 sendok makan gula pasir, ragi, baking powder, susu bubuk, dan air. Aduk adonan sampai benar-benar tercampur sempurna dan tidak ada yang menggumpal.
  2. Jika menggunakan baking powder double acting (BPDA), diamkan adonan selama 30 menit. Jika menggunakan baking powder single-acting, cukup diamkan 5-10 menit saja.
  3. Selagi adonan didiamkan, letakkan 3 sendok makan margarin di panci atau loyang teflon. Cairkan di atas api kompor. Kemudian diamkan sampai sedikit mendingin.
  4. Kocok lepas telur ayam hingga tidak ada bagian putih yang menggumpal lagi.
  5. Tambahkan margarin cair ke dalam adonan yang sudah didiamkan tadi. Masukkan juga telur yang sudah dikocok lepas tadi.
  6. Panaskan teflon dengan api kecil, kemudian tuangkan adonan hingga memenuhi setengah bagian teflon. Goyang-goyangkan loyang teflon agar adonan menempel pada permukaan loyang dan membentuk pinggiran.
  7. Tunggu sampai pinggiran martabak kering dan bagian tengahnya mengeluarkan gelembung. Setelah itu taburkan sisa 1 sendok makan gula pasir di permukaannya.
  8. Tutup loyang teflon, diamkan selama kurang lebih 5 menit. Setelah itu angkat martabak dari kompor.
  9. Selagi masih panas, olesi martabak dengan sisa 1 sendok makan margarin. Tuangi susu kental manis. Potong-potong dan beri topping sesuai selera.
Itulah resep dasar martabak manis yang bisa kamu praktikkan sendiri di rumah. Berikut ini variasi topping dan rasa adonan yang juga bisa kamu kreasikan.
Ide topping yang bisa digunakan:
  • Meises (chocolate rice)
  • Parutan cokelat putih atau cokelat warna-warni
  • Nutella
  • Parutan keju cheddar
  • Parutan keju leleh/mozzarella
  • Kacang yang dicincang kasar
  • Ovomaltine
  • Remah Oreo
  • Permen cokelat
  • Irisan buah pisang
  • Marshmallow
  • Selai topping
  • KitKat
  • Sereal cokelat
  • Jagung manis
  • Es krim
  • Irisan buah kaleng (jeruk, longan, leci)
  • Setup buah segar (stroberi, kiwi, apel dimasak dengan gula pasir dan bubuk kayu manis)
  • Choco balls
  • Cream cheese
  • Daging buah durian yang sudah dilumatkan
Kamu masih bisa menggunakan aneka jenis makanan kecil, buah, dan dessertlainnya sebagai alternatif topping yang lebih kreatif. Bahkan topping yang rasanya gurih seperti abon pun bisa dicoba.
Variasi resep:
  1. Martabak rasa vanilla: Tambahkan 1/2 sendok teh vanili bubuk pada adonan kering
  2. Martabak cokelat: Tambahkan 2 sendok makan cokelat bubuk pada adonan kering
  3. Martabak taro: Tambahkan 2 sendok makan taro powder pada adonan kering
  4. Martabak green tea: Tambahkan 1 sendok makan matcha powder pada adonan kering
  5. Martabak pandan: Tambahkan 2 tetes pasta pandan pada adonan yang sudah dicampur telur dan margarin
  6. Martabak red velvet: Tambahkan 2 tetes pewarna merah cabai pada adonan yang sudah dicampur telur dan margarin
  7. Martabak black sweet: Tambahkan 25 gram tepung ketan hitam dan 1/2 sendok makan kopi bubuk

Sejarah Sunan Kalijaga

Related image

Riwayat[sunting | sunting sumber]

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit(berakhir 1478), Kesultanan DemakKesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Kelahiran[sunting | sunting sumber]

Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain LokajayaSyekh MalayaPangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali.

Silsilah[sunting | sunting sumber]

Terkait asal usulnya, ada dua pendapat yang berkembang. Pendapat pertama, adalah yang menyatakan Sunan Kalijaga orang Jawa asli. Pendapat ini didasarkan pada catatan historis Babad Tuban. Di dalam babad tersebut diceritakan, Aria Teja alias 'Abdul Rahman berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, dan mengawini putrinya. Dari perkawinan tersebut Aria Teja kemudian memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Catatan Babad Tuban ini diperkuat juga dengan catatan masyhur penulis dan bendahara PortugisTome Pires (1468 - 1540). Menurut catatan Tome Pires, penguasa Tuban pada tahun 1500 M adalah cucu dari peguasa Islam pertama di Tuban yakni Aria Wilakita, dan Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah putra Aria Wilatikta. Adapun pendapat yang kedua adalah menyatakan Sunan Kalijaga adalah keturunan arab. Pendapat kedua ini disebut-sebut berdasarkan keterangan penasehat khusus Pemerintah Kolonial Belanda, Van Den Berg (1845 – 1927), yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah keturunan Arab yang silsilahnya sampai ke Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Sejarawan lain seperti De Graaf juga menilai bahwa Aria Teja I ('Abdul Rahman) memiliki silsilah dengan Ibnu Abbas, paman Muhammad.

Pernikahan[sunting | sunting sumber]

Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah. Maulana Ishak memiliki anak bernama Sunan Giri dan Dewi Saroh. Mereka adalah kakak beradik.

Berda'wah[sunting | sunting sumber]

Menurut cerita, Sebelum menjadi Walisongo, Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin. Suatu hari, Saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah Sunan Bonang. Karena tongkat itu dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa Allah S.W.T tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang. Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. RadeN Said lalu menyusul Sunan Bonang ke Sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu,ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya. Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga. Namun, cerita ini banyak diragukan oleh para sejarawan dan ulama berpaham salaf karena tidak masuk akal dan bertentangan dengan ilmu syariat
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil memengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati PandanaranKartasuraKebumenBanyumas, serta Pajang.

The King Of Volley Ball

                                                  BOMBER ITALIA